Kabar
penemuan bongkahan batu ungu bertekstur kristal di Prambanan, Sleman,
Yogyakarta secara cepat mulai menyebar. Warga pun berdatangan ingin
menyaksikan batu yang konon antik tersebut.
Batu ungu bertekstur
kristal yang ditemukan di Prambanan menyimpan cerita tersendiri.
Percaya atau tidak, penemunya Juwanto (29) dan Sayono (38) mengalami
hal-hal di luar logika saat menemukan batu tersebut.
“Kemarin Sabtu (30/6), saya mencari
rumput siang-siang. Tapi kok ada burung muter-muter terus di atas batu
ini, burungnya burung papasan,” ujar Juwanto saat ditemui di rumahnya di
Dusun Nawung, Desa Gayamharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman, Rabu (3/6).
“Burung itu seperti kasih petunjuk,”
imbuhnya. Sedangkan sang kakak Sayono mengaku setelah mendengar temuan
adiknya, dia tak bisa tidur. Hingga besok paginya dia memutuskan untuk
mengambil batu itu dengan cara mencongkelnya dengan linggis. Saat
menggali bagian batu yang tertanam di dalam tanah, Sayono mengaku tak
mendapat kesulitan. Bahkan saat mencongkel batu dengan linggis, batu itu
terbelah sendiri sehingga dia bisa melihat bagian dalam batu yang
bertekstur kristal yang indah. “Saya sampai bengong,” imbuhnya.
Tak selesai sampai di situ, saat Sayono,
Juwanto dan dua orang kerabat lainnya memindahkan batu itu ke dalam
mobil, ada rintangan yang seolah menghalanginya. Rintangan itu adalah
dua ekor ular yang muncul bergantian melintang menghalangi jalan mereka.
Ular sebesar lengan orang dewasa, menurut cerita Sayono melintang di
tengah jalan. “Saya cuma bilang saya nggak ganggu, lalu ular-ular itu
pergi sendiri,” kata Sayono.
Dia menuturkan, sejak menemukan
bongkahan batu itu sudah banyak orang yang datang, menanyakan harga.
”Banyak yang datang dan nanya harga, tapi saya bilang tidak tahu,” kata
Sayono (38).
Babinsa Desa Gayamharjo datang atas laporan Sayono setelah menemukan batu itu. Dia menanyakan status batu temuannya itu.
Sebongkah batu ungu seberat 350 kg
bertekstur kristal oleh si penemu batu tersebut Sayono (38) dan Juwanto
(29) mempersilakan batu itu untuk diteliti. Namun ada syaratnya. Yakni
boleh diteliti, tapi menelitinya di rumah saja. ”Boleh diteliti asal
jangan dibawa ke mana-mana,” ujar Sayono.
Sayono bersikukuh tak mau batu itu
dibawa keluar rumahnya karena merasa penemuannya ini adalah berkah.
Menurutnya, tak sembarangan orang bisa memiliki atau menyimpannya. “Ini
kan bukan sembarangan menemukan. Kata orang, mau nyari kalau nggak
pulung (rejeki) ya nggak akan ketemu,” katanya.
Sayono juga dengan tegas menyatakan bahwa batu itu tidak akan diberikan kepada pemerintah, meski diminta.
“Tadi dari Dinas Kehutanan Sleman tanya kalau pemerintah mau ambil ini gimana, sama saya nggak bisa,” ujar Sayono.
Bongkahan batu yang kini terbelah dua
ini ditemukan adik Sayono, Juwanto (29) pada Sabtu (30/5). Namun
keduanya baru mengambil batu yang terletak di pinggir saluran pengairan
di tengah hutan Dusun Lemah Abang ini pada keesokan harinya.Sumber : wawasan
No comments:
Post a Comment